Pages

Sabtu, 11 Januari 2014

koloid




KEGIATAN BELAJAR 1

Standart Kompetensi : Memahami koloid, suspensi dan larutan sejati
Kompetensi Dasar :
A.      Mengidentifikasi koloid, suspensi dan larutan
B.      Membedakan macam dan sifat Koloid
C.      menerapkan system koloid dalam kehidupan

Tujuan Kegiatan Belajar.
Setelah kegiatan belajar, peserta didik dapat :
1.       Membedakan larutan sejati, system koloid  dan suspensi
2.       Memberikan contoh macam-macam system koloid
3.       Menjelaskan sifat-sifat koloid
4.       Menjelaskan cara pembuatan system koloid.
5.       Memberikan contoh-contoh system koloid dalam kehidupan.


KOLOID, SUSPENSI DAN LARUTAN SEJATI

A.      Mengidentifkasi Koloid, Suspensi dan Larutan

Pengertian system koloid

Sistem koloid sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.

Contoh Sistem Koloid

 Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid.
Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi.
Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid.
Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia


Sistem Dispersi
Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi

LARUTAN
KOLOID
SUSPENSI
Contoh : Larutan
gula dalam air,
larutan alkohol
Contoh : Campuran
susu dengan air

Contoh : Campuran
tepung dengan air,
kopi dalam air

1) Homogen, tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra


2) Semua partikel berdimensi
(panjang, lebar, atau tebal) <1 mm

3) Satu fase

4) Stabil

5) Tidak dapat disaring


1) Secara makroskopis
Bersifat homogen, tetapi
heterogen jika diamati dengan
mikroskop ultra

2) Partikel berdimensi
antara 1 nm - 100 nm


3) Dua fase

4) Pada umumnya stabil

5) Dapat disaring dengan
penyaring ultra

1) Heterogen




2) Salah satu atau semua
Dimensi partikelnya >100 nm


3) Dua fase

4) Tidak stabil
5) Dapat disaring dengan
kertas saring biasa

)





B. Macam dan Sifat Koloid

Pengelompokan Koloid
Berdasarkan pada fase terdispersi dan medium pendisfersinya, sistem koloid dapat digolongkan sebagaimana seperti dalam Tabel

Fase Terdispersi
Fase Pendispersi
Jenis Koloid
Contoh
Padat
Padat
Padat
Cair
Cair
Cair
Gas
Gas


Cair
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Cair
Padat

Aerosol Padat
Sol
Sol Padat
Aerosol Cair
Emulsi
Emulsi  Padat
Buih
Buih Padat



Asap (smoke), debu di udara
Sol emas, tinta, cat
Kaca berwarna, gabungan logam, intan hitam
Kabut (fog), awan, spray serangga
Susu, es krim, santan, minyak ikan, kecap
Jelly, mayones, mutiara, mentega
Buih sabun, krim kocok
Karet busa, batu apung



Macam-macam Koloid

􀁸 Aerosol : suatu sistem koloid, jika partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
Contoh : debu, kabut, dan awan.
      Sol : suatu sistem koloid, jika partikel padat terdispersi dalam zat cair.
      Emulsi : suatu sistem koloid, jika partikel cair terdispersi dalam zat cair.
      Emulgator : zat yang dapat menstabilkan emulsi.
      Sabun adalah emulgator campuran air dan minyak.
      Kasein adalah emulgator lemak dalam air.
      Gel : koloid liofil yang setengah kaku.
Gel terjadi jika medium pendispersi di absorbs oleh partikel koloid sehingga terjadi koloid yang agak padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan panas dapat berupa cairan tapi jika dingin membentuk gel yang relatif kaku. Jika dipanaskan akan mencair


Sifat-Sifat Koloid

Efek Tyndall
Efek Tyndall merupakan satu bentuk sifat optik yang dimiliki oleh sistem koloid. Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilewatkan pada sistem koloid maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilewatkan pada dilewatkan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak akan tampak. Singkat kata efek Tyndall merupakan efek penghamburan cahaya oleh sistem koloid.

Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat kita amati seperti:
      Di bioskop, jika ada asap mengepul maka cahaya proyektor akan terlihat lebih terang.
      Di daerah berkabut, sorot lampu mobil terlihat lebih jelas.
      Sinar matahari yang masuk melewati celah ke dalam ruangan berdebu, maka partikel debu akan terlihat dengan jelas

Pengamatan ini dapat dilakukan dengan melakukan percobaan sebagai
berikut:

Aktivitas siswa :
Alat dan1. 1 buah senter
2. 10 ml air + pasir
3. 10 ml air gula
4. 10 ml air sabun
5. 10 ml koloid Fe2O3
6. 10 ml sol Fe(OH)3
7. 10 ml susu
8. 10 ml tinta
9. 8 buah tabung reaksi
10. 1 buah rak tabung reaksi

Cara Kerja :
1.      Menyiapkan 10 ml suspensi, larutan dan koloid, seperti yang tertera pada alat dan bahan, pada tabung reaksi yang berbeda, diaduk rata, didiamkan sebentar. Kemudian mengamati apakah zat tersebut homogen/heterogen dan stabil atau tidak selama didiamkan.
2.      Menyinari dan mengarahkan sinarnya pada masing-masing tabung reaksi dengan menggunakan senter.
3.      Mengamati apakah berkas sinarnya dihamburkan atau tidak oleh larutan atau koloid tersebut dan mencatat hasilnya.
4.      Menyaring campuran tersebut, dan mengamati mana yang meninggalkan residu.


Tabel hasil pengamatan

No

Campuran

Kelarutan    (larut/ tidak)
Kestabilan (stabil/tidak)

Hamburan cahaya         ( ada/tidak)

Residu (ada/tidak)
1
2
3
4
5
6
7

Air + pasir
 Air Gula
 Air Sabun
 Koloid Fe2O3
 Sol Fe(OH)3
 Susu
 Tinta




Gerak Brown

Sistem koloid juga mempunyai sifat kinetik selain sifat optic yang telah dijelaskan diatas. Sifat kinetik ini dapat terjadi karena disebabkan oleh gerakan termal dan gravitasi. Dua hal ini
menyebabkan sistem koloid dapat bergerak zig-zag.

Adsorbsi

Beberapa sistem koloid mempunyai sifat dapat melakukan penyerapan (adsorbsi) terhadap partikel atau ion atau senyawa lain.
Penyerapan pada permukaan disebut adsorbsi, sedangkan penyerapan sampai pada lapisan dalam disebut absorbsi. Daya penyerapan ini menyebabkan beberapa sistem koloid mempunyai muatan tertentu sesuai muatan yang diserap.

Koagulasi

Koagulasi atau pengendapan/penggumpalan yang disebabkan oleh gaya gravitasi akan terjadi jika sistem koloid dalam keadaan tidak bermuatan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:
1.      Menggunakan Prinsip Elektroforesis
         Proses elektroforesisadalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral

2.      Penambahan koloid lain dengan muatan yang berlawanan
         Ketika koloid bermuatan positif dicampurkan dengan koloid bermuatan negatif, maka muatan tersebut akan saling menghilangkan dan bersifat netral.

3.      Penambahan Elektrolit
         Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negative (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.

4.      Pendidihan
         Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan.



Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Sistem koloid dimana fase terdispersinya mempunyai daya adsorbsi relatif lebih besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel terdispersinya mempunyai daya adsorbsi relatif lebih lemah disebut koloid liofob yang bersifat kurang stabil. Sol liofil/liofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan larutan elektrolit.

      Koloid liofil (suka cairan)
      Koloid dimana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dengan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun, dan deterjen.

      Koloid liofob (tidak suka cairan)
            Koloid dimana terdapat gaya tarik menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersi yang cukup lemah atau bahkan tidak ada sama sekali. Contoh, dispersi emas, belerang dalam air.


Sifat-Sifat
Sol Liofil
Sol Liofob

Pembuatan



Muatan Partikel


Adsorpsi
Medium
Pendispersi






Viskositas
(kekentalan)


Penggumpalan



Sifat reversible







Efek Tyndall



Migrasi dalam
medan listrik

Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium pendispersi

Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan

Partikel-partikel sol liofil mengadsorpi medium pendispersi.
Terdapat proses solvasi/hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi
disekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak
saling bergabung

Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi


Tidak mudah menggumpal dengan
penambahan elektrolit


Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat diubah
kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya


Memberikan efek Tyndall yang lemah


Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali

Tidak dapat dibuat hanya dengan
mencampur fase terdispersi dengan
medium pendispersi

Memiliki muatan positif atau negatif


Partikel-partikel sol liofob tidak
mengadsorpsi medium pendispersi. Muatan partikel diperoleh dari
adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik




Viskositas sol liofob hampir sama dengan viskositas medium
pendispersi

Mudah menggumpal oleh penambahan elektrolit


Irreversibel, artinya sol liofob yang sudah menggumpal tidak dapat
diubah lagi menjadi sol





Memberikan efek Tyndall
yang jelas


Akan bergerak ke anode, katode tergantung jenis muatan partikel




Pemisahan Koloid

Elektroforesis
Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, elektroforesis merupakan peristiwa pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah satu elektroda dalam suatu sistem sejenis elektrolisis.
Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan suatu sistem koloid. Jika koloid bergerak menuju elektroda positif maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan negatif. Begitu juga sebaliknya, jika koloid bergerak menuju elektroda negatif maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan positif.
Salah satu proses yang menggunakan sistem elektroforesis adalah proses membersihkan asap dalam suatu industri dengan menggunakan alat Cottrell. Penggunaan elektroforesis tidak hanya sebatas itu, melainkan meluas untuk memisahkan partikel yang termasuk dalam ukuran koloid, antara lain pemisahan protein yang mempunyai muatan yang berbeda.

Dialisis

Dialisis merupakan proses pemurnian suatu sistem koloid dari partikel-partikel bermuatan yang menempel pada permukaan Pada proses digunakan selaput Semipermeabel .
Proses pemisahan ini didasarkan pada perbedaan laju transport partikel. Prinsip dialisis digunakan dalam alat cuci darah bagi penderita gagal ginjal, di mana fungsi ginjal digantikan oleh dialisator.

Penyaringan Ultra

Penyaringan ultra digunakan untuk memisahkan koloid melalui membrane. Proses pemisahan ini didasarkan pada perbedaan tekanan osmosis.

Pembuatan Koloid

A. Kondensasi
Merupakan cara kimia.
Prinsip umum: Terjadinya kondensasi partikel molecular membentuk partikel koloid
Kondensasi partikel              koloid
Reaksi kimia untuk menghasilkan koloid meliputi:
Reaksi Redoks
2H2S(g) + SO2(aq)           3S(s) + 2H2O(l)
Reaksi Hidrolisis
FeCl3(aq) + 3 H2O(l)           Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
Reaksi Substitusi/Agregasi Ionik
2H3AsO3(aq) + 3H2S(g)           As2S3(s) + 6 H2O(l)
Reaksi Penggaraman



B.      Dispersi

Dapat dilakukan dengan cara mekanik maupun dengan cara kimia.
Prinsip umum :
Partikel Besar          Partikel Koloid
Yang termasuk cara dispersi:
􀂙   Cara Mekanik
Cara ini dilakukan dari gumpalan partikel yang besar kemudian dihaluskan dengan cara penggerusan atau penggilingan.
􀂙   Cara Busur Bredig
      Digunakan untuk membuat sol-sol logam dengan loncatan bunga listrik.
􀂙   Cara Peptisasi
      Cara peptisasi adalah pembutan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan pemeptisasi (pemecah).
Contoh :
i.       Agar-agar dipeptisasi oleh air ; Karet oleh bensin.
ii.      Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S, Endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

0 komentar:

Posting Komentar